skip to main | skip to sidebar

Monday, October 21, 2013

Pengantar | Navigasi Darat | Untuk Pecinta Alam

0 comments
Navigasi Darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. 

Pekerjaan Navigasi Darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat. 
Persiapan - Persiapan yang harus dilakukan dalam proses Pengaplikasian Navigasi Darat, Yakni Sebagai Berikut :

Peralatan Navigasi Darat, terdiri dari: 
Kompas 
adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), 
S (south = selatan), 
E (east = timur) dan 
W (west = barat), 
serta arah mata angin lainnya yaitu 
NE (north east = timur laut), 
SE (south east = Tenggara), 
SW (south west = barat daya) dan ' 
NW (north west = barat laut). 

Peta
adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandiangan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisat/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda, dan deklinasi magnetis. - GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi, dan menetukan waktu yang tepat di tempat manapun

Menentukan arah tanpa alat navigasi Selain mengguanakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menggunakan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
- tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang 
- tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di   atas permukaan air 
- flora-fauna: tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat lumut-lumutan Parmelia sp. dan
Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan 

Mecegah dan menanggulangi keadaan tersesat Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak dapat mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain: 
Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut 

Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki 
Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan perhatikan obyek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung 
Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan 

Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa 
Gunakanlah kompas sebelum tersesat 
Belajarlah membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angina 
jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.



Pedoman yang bisa digunakan dalam Navigasi Darat apabila tersesat adalah :
S T O P, yaitu: 
S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan 
T = Thinking,berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi 
O = Observaton, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari 
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan. 

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat dalam Navigasi Darat adalah: 
Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk 
Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan 
Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon 
Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam 
Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak 
Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun 
Memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya

source :Forest indonesia

Tuesday, May 7, 2013

SITUS | ASTONO GEDONG | TULUNGAGUNG

0 comments
Ada yang pernah kesana? Mungkin mendengar namanya saja masih asing di telinga kita. Maklum letak geografisnya jauh dari kota dan sedikit sekali petunjuk tentang situs ini.




Situs Astono Gedong adalah sebuah makam yang sarat dengan nilai sejarah yang terletak di lereng gunung wilis tepatnya di Dusun Setana, Desa Sukodono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung. Lebih kurang 15 km dari jantung kota ke arah barat laut. 



Kabupaten Tulungagung sebenarnya kaya akan situs sejarah. Antara lain peninggalan pusaka nenek moyang, makam sejarah, fosil manusia prasejarah Homo Wajakensis, Candi Gayatri, Senjata Tombak Kanjeng Kyai Upas, dan masih banyak lagi. Tetapi kesadaran masyarakat untuk mengunjungi situs purbakala sangatlah minim Kecuali dengan tujuan dan maksud tertentu, selebihnya jarang ada yang memperhatikan dan bahkan banyak yang menelantarkannya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa dengan mengunjungi situs ziarah tersebut, banyak pelajaran yang dapat di ambil dan juga bisa memetik hikmah dari sejarah yang terjadi di masa lampau. Salah satu cara kita untuk menghormati dan melestarikan peninggalan nenek moyang adalah dengan cara mengunjungi situs purbakala serta menjaga keutuhannya dari tangan-tangan jahil. Karena situs purbakala merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan wajib untuk dilestarikan. 



Nama Astono Gedong berasal dari bahasa jawa yaitu Sentono dan Gedong, Sentono mempuyai arti tempat sedangkan Gedong mempunyai arti Rumah. Astono gedong sering disebut dengan Kesatrian yaitu tempat dimana telah makamkan para kesatria.jadi kesimpulannya arti nama Astono Gedong secara meluas adalah tempat tinggal yang di huni oleh para Kesatria.

Awalnya masyarakat sekitar mengira situs ini hanya pemakaman umum biasa. Hingga akhirnya pada tahun 1941 seorang abdi dalem dengan dikawal oleh prajurit Belanda berziarah ke tempat ini. Abdi dalem tersebut bernama Kamarul yang berasal dari Keraton Mangkunegaran. Kedatangan Kamarul membuat tokoh masyarakat sekitar menjadi penasaran,dan ingin mencari tahu tentang sejarah sebenarnya dari situs ini.

Astono Gedong dari kaca mata ilmiah
Menurut penuturan arkeolog diperkirakan kompleks makam Astono Gedong adalah bekas candi Hindu-Budha. Nisan dan jaritnya terbuat dari batu andesit dengan hiasan bercorak Hindu-Islam, situs ini terbagi atas tiga halaman yaitu halaman paling luar disebut Pendopo, sedangkan halaman tengah disebut dengan Kampung dan halaman belakang disebut Dalem. halaman belakang terdapat makam-makam yang dikeramatkan.
Pada pintu halaman kedua dikanan kiri terdapat Lingga dan Umpak. Tiap-tiap halaman dikelilingi dan dibatasi pagar dari batu, disini juga terdapat arca dari jenis Aksobiya dari zaman kerajaan kadiri sebelum kerajaan singosari, yang disimpan di Museum Daerah Tulungagung. Berdasarkan temuan tersebut, mungkin disekitar makam dahulu pernah berdiri sebuah bangunan suci Hindu-Budha.
Jadi kesimpulannya situs Astono Gedong digunakan pada masa kerajaan Kadiri sebelum kerajaan Singosari, karena terdapat arca aksobya dari masa Kerajaan Kadiri. Dan situs makam ini merupakan kompleks makam tertua di Kabupaten Tulungagung.(Lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Jawa Timur,1985)
Bukti yang memperkuat makam ini adalah makam tertua di Kabupaten Tulungagung dan sebagai makam bertingkat berbagai generasi dari masa Kerajaan Kadiri, Singosari, Majapahit, sampai Mataram Islam adalah :
- Bukti yang menguatkan situs ini dari masa Kerajaan Kadiri sebelum Kerajaan Singosari adalah ditemukannya arca Aksobya dari masa Kerajaan Kadiri, situs ini dulunya sebelum menjadi makam terdapat candi Hindi-Budha pada Zaman Kerajaan Kadiri dan mungkin juga digunakan sebagai tempat suci agama Hindu-Budha.
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan Singosari adalah ditemukannya Yoni dari masa Kerajaan Singosari. Yang terdapat pada pintu masuk halaman makam pada bagian kampung dan pintu masuk makam pada bagian dalem
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan Majapahit adalah ditemukannya logo Surya Majapahit pada niasan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawengan dan terdapat nisan tipe Demak-Troloyo. Pada beberapa nisan di Situs Astono Gedong.
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa kerajaan Mataram Islam adalah terdapatnya makam dari Mangku Bumi dan pohon Nogo Sari yang sama persis dengan makam-makam Raja Mangkunegaran di Solo (Mangkunegaran adalah pecahan dari Kerajaan Mataram Islam).

Di situs Astono Gedong terdapat makam dari Raden Djoko Lemboeroe yang dikenal dengan Raden Ketawengan, Raden Ketawengan adalah putra dari Raja Majapahit yang bernama Bre Kertobumi atau Dyah Kertobumi atau Brawidjadja V dari ibu pangrembe (ibu pembentu), Brawidjadja V mempunyai anak sebanyak 117 orang. Konon Raden Ketawengan pernah mengalahkan Raja Gelunggung dari Bali. Dan menurut penuturan dari beberapa Arkeolog di Situs makam tersebut juga terdapat makam dari Hadi Widjodjo dikenal dengan Djoko Tingkir, dan Mangku Bumi atau Sultan Hamengkubuono I, pada tahun 1755 diadakan perjanjian Gyanti dengan hasil membagi kerajaan Mataram Islam menjadi empat bagian dan salah satunya menjadi Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat dengan raja pertama Mangku Bumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuono I, konon wilayah Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat mancapai wilayah sekitar Tulungagung.(Wasito Raden,2010)

Benda - benda yang terdapat di situs Astono Gedong
1 Lingga
Lingga yang terdapat pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Singosari, yang terdapat pada pintu masuk halaman makam bagian pendopo yang berjumlah 2 buah Lingga dan dalam pintu masuk makam bagian kampung dan dalem masing-masing terdapat 1 buah Lingga. (Haji Haris Daryono Ali,2010)
2 Umpak
Umpak pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Kadiri. Umpak ini terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu buah. 
3 Arca Budha Aksobya
Arca ini merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Kadiri. Arca ini terletak pada umpak yang terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu arca.
4 Makam Dengan Logo Surya Majapahit dan nisan Demak-Troloyo
Makam dengan logo Surya Majapahit terdapat pada nisan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawangan menandakan bahwa makam ini merupakan keluarga dari Kerajaan Majapahit dan nisan berbentuk Demak-Troloyo menandakan makam ini sebagai warga Kerajaan Majapahit. 
5 Pohon Nogosari
Pohon Nogosari di Situs Astono Gedong merupakan bukti makam ini dikeramatkan dan sebagai bukti makam ini adalah makam dari masa Kerajaan Mangkunegaran. Pohon ini terletak di dalam halaman bagian dalem.

Nah semoga tulisan ini bisa menambah wawasan pengetahuan kita tentang Kabupaten Tulungagung

source : google.com 
             Facebook.com

Tuesday, April 30, 2013

JALUR PENDAKIAN | GUNUNG | DI INDONESIA




Berikut adalah jalur pendakian gunung di Indonesia. Langsung aja cekicrot

Arjuno – Welirang 3339 mdpl & 3156 mdpl
Puncak G. Arjuna dan G. Welirang terletak pada satu gunung yang sama. G. Arjuna dapat didaki dari berbagai arah; arah Utara (Tretes) melalui G. welirang, dari arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
Surabaya – Malang, turun di Pandaan – Tretes.
Dari Pos PHPA Tretes kita dapat langsung mendaki G. Welirang atau berbelok kekiri langsung ke arag G. Arjuna. Perjalanan dari pondok sampai ke puncak G. Welirang, akan melewati hutan Cemara yang jalannya berbatu. Setelah berjalan 3-4 jam kita akan sampai di puncak G. Welirang. Di bawah puncak G. Welirang ada sebuah kawah yang menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak G. Welirang memakan waktu 7-8 jam.
Bila kita akan melanjutkan perjalanan menuju G. Arjuna maka setelah kita sampai di puncak G. Welirang kita berjalan turun sekitar 10 menit tepatnya kearah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan melewati satu jurang dan pinggiran G. Kembar I dan G. Kembar II setelah berjalan 6-7 jam kita akan sampai di puncak G. Arjuna. Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan “Pasar Dieng”, ketinggiannya hampir sama dengan puncak G. Arjuna dan terdapat batu-batu yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas. Dari sini untuk ke Puncak G. Arjuna hanya memakan waktu 10 menit. Untk mencapai G. Arjuno dari G. Welirang dibutukan waktu 5-6 jam. Puncak G. Arjuna disebut dengan “puncak Ogal-Agil” atau “Puncak Ringgil”.
Turun ke kota Lawang yaitu kearah timur kurang lebih 6 jam.
Jalur Lawang
Surabaya – Malang turun Lawang.
Dari Lawang – desa Wonorejo.
Disini kita melapor pada petugas PHPA dan juga meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa terakhir ini.
Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun the Wonosari serta terus naik selama 3-4 jam perjalanan kita akan sampai di “Oro-oro Ombo” yang merupakan tempat berkemah. Dari “oro-oro Ombo” menuju puncak dibutuhkan 6-7 jam perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan “Lali Jiwo”. Untuk menuju puncak terakhir ini, setelah kita melewati Hutan Lali Jiwo, kita akan melalui padang rumput yang jalannya menanjak (curam) sekali. Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu-batu yang sangat banyak dan menyerupai taman yang sangat indah setelah itu kita akan mencapai puncak G. Arjuna.
Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak di sebelah barat G. Welirang. Dari Kediri / Malang – Batu – Selecta – desa Kebonsari. Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke puncak dan kembalinya.
Mendaki selama 5-6 jam akan mengantarkan kita pada punggungan gunung yang menghubungkan puncak G. Welirang dan G. Arhuno, tepatnya sebelah tenggara G. Kembar I. Kita masih harus menempuh perjalanan 1-2 jam lagi untuk menuju puncak G. Welirang ke arah kiri atau G. Arjuno ke arah kanan selama 4-5 jam .

Argopuro 3088 mdpl
Gunung Argopuro memiliki banyak puncak, beberapa puncaknya mempunyai struktur geologi tua dan sebagian lainnya lebih muda. Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.088 m dpl.
Jalur Baderan atau lewat desa Bremi, Kab. Probolinggo. Tetapi dianjurkan lewat desa Bremi saja, karena lebih cepat.
Dari terminal Bis Probolinggo – Bremi, jam 6.00 pagi dan jam 12.00 siang. Sebelum mendaki kita melapor pada polisi atau petugas PHPA setempat untuk meminta ijin pendakian.
Setelah berjalan 3 jam sampai di Danau Taman Hidup. Lalu meneruskan pendakian ke puncak dengan mengitari separuh danau ke kiri, dengan menempuh perjalanan 6 jam. Puncak Argopuro disebut “Puncak Dewi Rengganis”, karena disana terdapat patung Dewi Rengganis. Puncak Dewi Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang.
Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun dengan mengintari gunung lewat Alun-alun Besar, kemudian menuju Besuki lewat Baderan. Alternatif lainnya yakni kembali lewat jalan semula yaitu Bremi.
Alun-alun Besar adalah hamparan padang rumput yang luas, dan pernah direncanakan sebagai landasan pesawat terbang militer pada saat Tentara pendudukan Jepang.
Gunung Argopuro jarang didaki, hanya pada waktu-waktu tertentu saja, saat liburan sekolah atau musim kemarau. Gunung Argopuro sesungguhnya merupakan gunung yang menarik, karena selain pemandangannya yang indah, gunung ini juga dikenal memiliki banyak peninggalan bersejarah dari jaman kerajaan sampai masa pendudukan Jepang.
Hutan dikawasan G. Argopuro merupakan hutan yang masih asli. Binatang-binatang liar masih banyak dijumpai di daerah ini, seperti kijang, monyet, babi hutan, burung merak, ular, dan lainnya.

Ceremai 3078 mdpl
Gunung Ceremai memiliki keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan gunung-gunung lain di Pulau jawa, gunung ini terletak berjauhan dari gunung-gunung tinggi lainnya dan dekat dengan Laut Jawa.
Jalur Linggar Jati
Dari terminal Cirebon, naik bus menuju Kuningan turun di Cilimus. Dari Cilimus kita ganti kendaraan ojek atau colt ke desa Linggarjati.
Jika ingin mendaki G. Ceremai sebelumnya harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari petugas jaga disana.
Linggar Jati – Batu Lingga = 6 – 7 jam
Batu Lingga – Puncak = 4 – 5 jam
NB : Air hanya ada di Cibunar (base camp dibawah)
Jalur Apuy
Dari Bandung / Kadipaten naik Colt/bis jurusan Cikijing, turun di Pasar Maja. Dari Pasar Maja naik pick-up (bak terbuka) ke Apuy. Melaporkan diri ke Pak Suljo (PenjagaGn. Ceremai) atau Mantri Kehutanan dan bayar administrasi 3500.
Apuy – Pos I = 1 jam
Pos I – Pos II (Perempatan Lima 2200 mdpl ) = 1 jam
Pos II – Pos III (Tegal Mawasa 2400 mdpl) = 1 jam
Pos III – Pos IV (Tegal Jamuju 2.600 Mdpl) = 1 jam
Pos IV – Pos V (Sanghiang Rangkah 2800 Mdpl) = 1 jam
Pos V – Gua Walet (2950 Mdpl) = 30 menit
Gua Walet – Puncak = 30 menit
Air dapat ditemukan antara Pos I dan Pos II. Terakhir terdapat di Gua walet (saat musim hujan)


Gamalama 1715 mdpl
Pencapaian Lokasi
Pendakian pertama dimulai dari G.Gamalama, gunung ini sudah beberapa kali meletus, terakhir tgl 1 Agustus 2003 yang lalu. Untuk mencapainya kita harus menuju P.Ternate terlebih dahulu. Ada 2 pilihan untuk menuju Ternate yaitu dengan pesawat udara atau dengan kapal laut. Untuk pesawat udara biasanya trayek yang dilalui adalah makassar-ternate atau menado-ternate. Saat melakukan pendakian penulis terpaksa harus melalui jalur laut dari manado ke ternate karena bandara Sultan Baabulah tertutup abu letusan setebal 10 cm.
Untuk melakukan pendakian ke G.Gamalama (1715 m dpl), kita harus menuju desa Moya (200 m dpl). Ada cukup banyak angkutan yang menuju desa tsb dari dari terminal/pasar Gamalama, perjalanan menuju Moya memerlukan waktu 30 menit dengan tarif per orang Rp.1200. Sebenarnya ada beberapa jalur lain menuju puncak yaitu via malikurubu ,akehuda, dll, tapi berdasarkan informasi yang didapat Moya merupakan jalur termudah walaupun sedikit lama.
Perjalanan
Moya – POS I
Setelah melapor pada Bp.Djamaludin (Penjaga Gunung) dan mendapat izin maka pendakian pun dimulai tepat jam 06:00 WIT, medan yang dilalui masih berupa kebun cengkeh dan pala. Kondisi jalan masih cukup mudah untuk dilalui dengan kemiringan 15-45 derajat, beberapa kali melipir tebing dan menyebrang bekas sungai yang sudah kering. Setelah 1.5 jam perjalanan dan beberapa kali salah jalan (maklum jalan sendirian) akhirnya penulis sampai di hutan bambu yang menurut keterangan adalah POS I. Disini dapat ditemukan sebuah rumah dari bambu yang sering digunakan oleh warga apabila kemalaman dihutan. Dari sini kita dapat melihat ke bawah dengan jelas, tampak jelas P. Maitara dengan latar belakan G.Kiematubo.
pOS I – POS II (Mata Air Abras)
Perjalanan dilanjutkan menuju POS II, kondisi medan mulai tertutup. Pada etape ini kontur jalan mulai turun-naik melipir punggungan gunung. Menurut keterangan penduduk dari Moya-Puncak ada kurang lebih 7 punggungan yg dilalui. Rute yg dilalui seolah-olah mengitari Gunung dari arah kiri. Dalam perjalanan kita akan melalui sebuah aliran sungai yang sudah kering. Perjalanan menuju POS II memakan waktu kurang lebih 1 jam.
POS II – POS III (Puncak Palsu)
Di POS II ini jalan bercabang menjadi 3, yang pertama menanjak ke kanan menuju puncak, yang kedua menurun ke kiri menuju desa Malikurubu, sementara yang lurus menuju mata air abras. Mata air ini oleh penduduk setempat diibaratkan sebagai air zam-zam, karena bagi mereka mendaki G.Gamalama sama dengan naik haji (ini mirip dengan G.Bawakaraeng di Sulsel). Di tempat ini pulalah artis Dorce Gamalama pernah bermalam pada saat melakukan pendakian. Informasi yang didapat beliau mendaki ditemani kurang lebih 150 warga desa. Kira-kira 10 menit dari POS II ini kita akan melalui `terowongan alam’ berupa hutan bambu dengan ketinggian 1.5 m. Yang menyulitkan adalah bambu-bambu tsb tidak tumbuh ke atas melainkan melintang menutupi jalan. Kondisi terowongan tsb saat ini tidak terlalu sulit dilalui karena sering dilakukan pembersihan jalur oleh para pendaki dan warga setempat. Dahulu untuk melewati terowongan sepanjang 1 km tsb para pendaki harus berjalan jongkok, bahkan di beberapa tempat harus tiarap. Ditengah perjalanan kita akan sampai di suatu tempat yang agak terbuka dari sini Puncak G.Gamalama terlihat dengan jelas dihadapan kita. Di tempat ini penulis bertemu dengan seorang warga desa yang sedang melakukan `prosesi ritual’, menurut beliau bagi orang yang `bisa melihat’ tempat ini merupakan pintu gerbang ke `alam lain’. Selanjutnya kondisi medan mulai berubah menjadi batuan bekas muntahan lahar. Kita harus terus mengikuti alur batu-batuan menuju puncak (palsu) di sebelah kiri. Lama perjalan dari POS II kurang lebih 1 jam.
POS III – Puncak
Di Puncak Palsu ini kita akan menemui 7 buah kuburan yang sering di ziarahi oleh warga setempat. Tidak didapat informasi yang jelas tentang siapa yang dikuburkan di sini. Dari sini pemandangan ke arah Timur sangat indah, tidak berapa jauh tampak Puncak Kiematubo yang ditutupi awan. Perjalanan di lanjutkan menuju Puncak, dari tempat ini kita harus turun dulu kearah lembah baru kemudian naik kembali dari dari sisi sebelah kiri. Kondisi medan berupa batuan lahar yang masih panas dan labil, asap yang keluar
terus-menerus dari batu-batu tsb membuat kita harus berhati-hati. Perjalanan menuju puncak kurang lebih 1 jam. Kondisi Puncak yang selalu ditutupi uap belerang dari kawah ditambah angin yang sangat keras memaksa kita untuk tidak berlama-lama. Di Puncak sebelah kanan dapat kita temui batu sebesar Pos Satpam yang sering dijadikan tempat untuk berfoto.
Untuk turun kembali ke desa Moya hanya dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Selama pendakian hanya dijumpai 1 mata air. Tidak terlihat adanya tanda-tanda binatang buas. Makanan maupun minuman sebaiknya disiapkan dari kota Ternate, hanya ada 1 warung kecil di desa Moya yang tidak begitu lengkap.
Lain – lain
Ada beberapa tempat menarik yang bisa dilihat di P. Ternate antara lain :
• Benteng Kalumata : Benteng pertahanan yg terletak di pinggir pantai.
• Cengkeh Afo : Pohon cengkeh berusia 600 th yg merupakan cengkeh tertua didunia (sayang sekali saat ini pohon tsb sudah mati).
• Sulamadaha : Tempat yg bagus untuk snorkling.
• Tolire Lamo : Danau Besar yg menurut legenda masyarakat setempat adalah desa yang tenggelam.
• Batu angus : Batuan hitam di dekat pantai yang merupakan sisa letusan G.gamalama th 1968.
• Keraton Sultan Ternate : Di dalamnya ada mahkota kerajaan yg ditumbuhi rambut yang setiap hari bertambah panjang (sayang tidak boleh dilihat umum, menurut informasi baru boleh dilihat pada saat upacara pemotongan yaitu 1 th sekali).


Gede – Pangrango
2958 mdpl & 3019 mdpl
Gunung Gede dan Gunung Pangrango terletak di Jawa Barat. Puncak-puncaknya terlihat dari Cibodas. G. Pangrango berbentuk segitiga runcing sedangkan G. Gede berbentuk kubah. Ada 3 jalur utama pendakian menuju G. Gede dan G. Pangrango; jalur Cibodas, jalur putri dan Jalur Salabintana.
Jalur Cibodas
Dari arah Yogyakarta/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di pertigaan Cibodas, lalu naik angkot ke Cibodas.
Pos Penjagaan – Telaga Biru = 20 menit
Telaga Biru – Pos Panyancangan = 30 menit
Pos Panyancangan – Air Panas / Pemandangan = 2 jam
Air Panas – Kandang Batu = 20 menit
Kandang Batu – Kandang Badak = 1 – 1,5 jam
Dari kandang badak ada 2 puncak yg bisa dituju
a. Kandang Badak – Puncak Gede = 1,5 – 2 jam
b. Kandang Badak – Puncak Pangrango = 2 – 3 jam
Puncak Gede – Alun-alun Suryakencana = 30 menit
Alun-alun – Pos Penjagaan Putri = 3 – 4 jam (Turun lewat Jalur Putri)
NB = Air sepanjang Jalur Cibodas sangat berlimpah. Terakhir dpt ditemui di Kandang Badak.
Jalur Putri
Dari arah Jawa/Bandung naik Bis jurusan Jakarta atau Bogor yg lewat puncak
Turun di Pasar Cipanas, lalu naik angkot ke Putri.
Pos Penjagaan – Buntut Lutung = 1 jam
Buntut Lutung – Alun-alun Suryakencana = 3 – 4 jam.
Alun-Alun Suryakencana – Puncak Gede = 1 – 1,5 jam
NB = Air tidak sebanyak jalur Cibodas, hanya bisa ditemui dibawah, dan di Alun-alun Suryakencana.
Catatan :
Pendakian ke Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango saat ini harus dengan sistem booking, dimana para pendaki harus mencatatkan dirinya minimal 3 hari sebelum pendakian di Kantor TNGP Cibodas (utk semua jalur). Dengan persyaratan membayar karcis masuk disertai fotocopy ktp asli yang masih berlaku. Pendakian dilakukan minimal 3 orang dalam satu group.
Untuk rehabilitasi dan recovery ekosistem alami hutan hujan Gunung Gede Pangrango, kegiatan pendakian ditutup antara 1 Januari s.d 31 Maret dan Bulan Agustus.
Kegiatan rekreasi lainnya seperti rekreasi ke Air Terjun Cibeureum, dan rekreasi lain dibuka sepanjang tahun.
Peraturan Pendakian
• Melapor kepada petugas di pintu masuk dan di pintu keluar. Petugas akan memeriksa perlengkapan bawaan Anda dan SIMAKSI anda sebelum dan setelah pendakian.
• Dilarang membawa binatang dan tumbuhan dari luar kedalam kawasan TNGGP.
• Dilarang memberi makanan kepada satwa.
• Tidak diijinkan membuat api di dalam kawasan, kecuali pada lokasi yang sudah diijinkan.
• Dilarang merusak, memindahkan, mencoret-coret sarana dan prasarana di dalam kawasan.
• Dilarang memetik, memindahkan, dan mengambil tumbuhan dari dalam kawasan.
• Jangan berjalan di luar jalur / track utama yang sudah ditentukan.
• Jangan membuang dan meninggalkan sampah di dalam kawasan, bawa sampah Anda ketika turun dari gunung.
• Dilarang membawa shampo, sabun, odol dan bahan detergen lain yang dapat mencemari air tanah.
• Dilarang membawa radio, alat musik, minuman beralkohol, dan narkoba kedalam kawasan.
Bagi siapa saja yang ingin mendaki ke Gunung Gede dan Pangrango wajib untuk mendapatkan ijin SIMAKSI di Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan melakukan booking sebelumnya. Lama maksimum pendakian adalah 2 hari 1 malam.
Untuk mengurangi dampak negatif kepada lingkungan dan agar pengalaman saat mendaki memuaskan, maka TNGGP menetapkan sistem kuota,yaitu 600 orang pendaki per hari melalui 3 pintu masuk dengan pembagian: Cibodas 300 orang, Gunung Putri 200 orang, dan Selabintana 100 orang.
Persyaratan:
1. Setiap pendaki harus menunjukkan SIMAKSI, dan SIMAKSI dapat diperoleh di Kantor Balai Besar TNGGP di Cibodas. Pengajuan SIMAKSI pendakian menggunakan sistem booking dengan batas waktu minimum pengajuan adalah 3 (tiga) hari dan maksimum 1 (satu) bulan sebelum tanggal pendakian.
Catatan: Turis Mancanegara disarankan untuk melakukan booking sebelumnya, namun dalam rangka meningkatkan kunjungan turis mancanegara dan menimbang waktu kunjungan wisman yang terbatas, maka wisman dapat memperoleh SIMAKSI di Kantor Balai Besar TNGGP pada hari saat ingin mendaki.
2. Tiket dan Asuransi
- Wisatawan Domestik
Tiket masuk: Rp. 2.500/hari/orang
Asuransi : Rp. 2.000/orang
- Wisatawan Asing
Tiket masuk: Rp. 20.000/hari/orang
Asuransi : Rp. 2.000/orang
Orang asing yang menunjukkan KTP atau KITAS dapat memperoleh harga tiket yang sama dengan wisatawan lokal.
3. Menyerahkan fotocopy Identitas resmi (Passport/KTP/KITAS/SIM/Ka

rtu Mahasiswa/Pelajar). Fotocopy tidak akan dikembalikan.
4. Jika anda berumur < 17 tahun, diwajibkan menyerahkan surat ijin dari orang tua yang ditanda tangani diatas materai Rp. 6.000,- dan melampirkan fotocopy Identitas resmi orang tua yang masih berlaku.
Perlengkapan yang perlu dibawa :
* Untuk pendakian 1 hari (tanpa kemping), bawalah jaket hujan, lampu senter, dan makanan dan minuman yang cukup.
* Jika ingin kemping di kandang badak atau alun-alun, selain barang-barang diatas, persiapkan juga tenda, perlengkapan memasak, kantong tidur, matras, dan pakaian hangat. Anda dapat menyewa perlengkapan diatas di beberapa toko peralatan kemping di Cibodas. Bawalah kantong plastik besar yang dapat dipergunakan misalnya untuk membawa sampah-sampah anda kembali.
Pemandu, Porter:
Disarankan untuk menyewa porter dan pemandu bagi yang pertama kali ke puncak Gede dan Pangrango. Khusus untuk wisatawan asing yang akan melakukan pendakian wajib didampingi oleh pemandu atau porter. Tanya petugas TNGGP bila ingin menyewa porter dan pemandu. Tarif 1 (satu) orang pemandu untuk pendakian 2 hari 1 malam adalah Rp. 300.000,-, sedangkan untuk porter Rp. 250.000,-. Beberapa toko peralatan camping di Cibodas juga menawarkan jasa pemanduan dan porter.
Sample itineraries:
Pendakian 1 hari ke Air Panas
- 6 jam pulang pergi -
Cibodas
Telaga Biru
Air Terjun Cibeureum
Air Panas
Pendakian 1 hari ke Puncak Gunung Gede
- 11 jam pulang pergi -
Sama dengan perjalanan sampai Air Panas, kemudian…
Kandang Badak
Sampai di Puncak Gunung Gede dan kembali ke Cibodas
2 hari 1 malam Pendakian ke Puncak Gede (Cibodas – Cibodas)
- Hari ke 1 ( 5 jam) -
CibodasTelaga Biru
Air Terjun Cibeureum
Air Panas
Kandang Badak
- Hari ke 2 (8 jam) -
Sampai di Puncak Gunung Gede dan kembali ke Cibodas
2 hari 1 malam ke Puncak Gunung Gede (Cibodas- Gunung Putri)
- Hari ke 1 (8 jam) -
Cibodas
Telaga Biru
Air Terjun Cibeureum
Air Panas
Kandang Badak
Puncak Gunung Gede
Alun-Alun Suryakencana
- Hari ke 2 (4 jam) -
Istirahat di Alun-Alun Suryakencana dan turun ke Gunung Putri. Walaupun jalan sedikit curam, tapi butuh waktu lebih pendek ketika menurun.


Gunung Agung 3142 mdpl
Gunung Agung yang berada di Pulau Dewata ini sangatlah sakral buat masyarakat Bali, banyak dijadikan tempat untuk ritual keagamaan mereka, dikaki Gunung Agung terdapat Candi Terbesar di Bali, yaitu Candi Besakih. Bila kita mendaki kegunung itu dipinggiran hutanya masih terdapat kuil kecil tempat persembahan penguasa Gunung Agung.
Pencapaian ke Gunung Agung :
Versi petualang (irit and murah meriah )
Yogyakarta – Banyuwangi —> kereta ekonomi / bisnis (terminalnya dekat dgn Pelabuhan Ketapang)
Pelabuhan Ketapang – Pelabuhan Gili Manuk (nyebrang pake kapal Fery)
Pelabuhan Gilimanuk – Terimanl Ubung (bali)
Terminal Ubung – Terminal Batu Bulan
Terminal Batu Bulan – Karang Asem —> turun di pertigaan ke Besakih
Besakih – Pos Pendaftaran
Versi Wisatawan :
Yogyakarta – Bali (Terminal Ubung)
Terminal Ubung – Terminal Batu Bulan
Terminal Batu Bulan – Karang Asem —> turun di pertigaan ke Besakih
Besakih – Pos Pendaftaran
Pendakian ke Puncak Gunung Agung membutuhkan waktu sekitar 8- 9 jam, perbekalan air harus dibawa dari bawah karena tak ada mata air sepanjang jalurnya. Hutannya tidak begitu lebat dan kering. Jalurnya cukup jelas dan enak. Sebelum puncak akan dijumpai jalan pasir yg cukup menyulitkan sepanjang 50-75 meter. Pemandangan sepanjang jalan biasa saja, keculai saat berada dikawasan puncak cukup bagus.

gunung karang 1778 mdpl
Gunung berapi Karang terletak di Pandeglang di dekat pantai barat Carita.
Jakarta – Pandeglang, turun di Pasar Pandeglang
Pasar Pandeglang – Kadu Engan yang merupakan Desa terakhir di kaki Gn Karang.
Dari situ lapor ke Kades/Kuncen (ziarah dulu) baru melanjutkan perjalanan.
Rute menanjak terus,.. tanpa sumber air (disarankan bawa dari bawah).
Sumber air hanya dapat diperoleh di puncak gunung (sumur 7) atau sumur Bandung (500 lewat puncak) Bila musim kemarau maka mata airnya kering. Perjalanan dari Kadu Engan ke Sumur Tujuh dapat ditempuh dalam waktu 4 – 5 Jam.
SUMBER : merbabu.com

Gunung Latimojong
Pegunungan Latimojong terletak di tengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan diapit 4 Kabupaten yaitu Tana Toraja di Utara, Luwu di Timur, Sidrap di Selatan dan Enrekang di Barat, memiliki 8 puncak (Buttu/Buntu) yang memanjang dari Selatan ke Utara mulai dari Buttu/Buntu Latimojong, Nenemori, Rantemario, Rante Kambola, Pokahpinjan, Sikolong, Lapande dan Sinaji ketinggiannya bervariasi 2900 – 3400 mdpl, tertinggi adalah Rantemario yang juga merupakan titik tertinggi
di Pulau Sulawei.
Jalur pendakian yang ada, biasanya selama ini ke Rantemario. Dari Makassar naik Bus/Panter ke Enrekang, trus ke Pasar Baraka, dari sana naik Hardtop ke Buntu Dea. dari Buntu Dea jalan kaki sekitar 2 jam ke Desa Rantelemo, bisa nginap disana atau lanjut ke Dusun terakhir sebelum pendakian yaitu Dusun Karangan.
Pendakian memakan waktu 3 hari sampai ke puncak, bisaji 2 hari kalo ngebut, turunnya 1-2 hari.
Jalur lainnya, naik dari Dusun Bone-bone (di Baraka juga) menuju ke Pokahpinjan trus ke Rantemario (tapi jalur ini jarang yang lalui. Ada juga jalur yang ke Sikolong juga ke Sinaji.
Sumber : He-man SAR Unhas


Kerinci 3800 mdpl
Gunung Kerinci adalah gunung kedua tertinggi di Indonesia setelah Puncak Jaya Wijaya. Banyak cerita / legenda yang cukup menarik di sekitar Taman Nasional Kerinci-Seblat. Selain itu juga gunung ini menyuguhkan pemandangan yang sangat indah, dimana kita juga dapat melihat Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara.

Pencapain ke lokasi :
Dari Yogyakarta/P.Jawa-Jambi/Padang. Turun di Terminal Bangko
kemudian ke Sungai Penuh (naik Colt selama 4-5 jam)
Sungai Penuh – Kayu Aro (naik angkot selama 1-2 jam)
Di Kayu Aro – Pos Pendaftaran (melintasi kebun teh selama 15 -30 menit jalan kaki)

Pendakian dimulai saat kita memasuki Pintu Rimba.
Pintu Rimba – Pos I
Pos I – Pos II
Pos II – Pos III (Salter I) —> disini ada mata air terakhir untuk mengisi perbekalan
Pos III – Pos IV (Salter II)
Pos IV – Pos V (Salter III) —> batas vegetasi
Pos V – Puncak
Setiap pos bisa dicapai antara 1,5 – 2,5 jam perjalanan.

Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning kuningan 120 x 100 meter persegi.
Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
Kabupaten Kerinci memang sangat kaya dengan obyek wisata alam. Selain Gunung Kerinci di kabupaten paling barat Provinsi Jambi itu terdapat sekurangnya empat danau, yaitu Kerinci, Gunung Tujuh, Belibis dan Lingkat. Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau, berada pada ketinggian 1.996 meter dpl dan merupakan danau tetinggi di Asia Tenggara (Danau Gunung Argopuro bgm?). Panjang danau 4.500 meter, lebar 3000 meter dikelilingi tujuh gunung dengan puncak tertinggi 2.732 meter dpl.
SUMBER – www.jambi.com


L a w u 3265 mdpl
Gunung Lawu terletak dekat dengan kota dan jalan raya, karenanya lebih mudah dicapai, sehingga banyak sekali pendaki naik ke puncak G. lawu.
Surabaya – Madiun – Sarangan terus ke Cemorosewu.
Atau dari Surakarta/Solo – Tawangmangu, ganti Colt jurusan Sarangan dan berhenti di Cemorosewu.
Cemorosewu.
Di Cemorosewu kita harus melaporkan diri ke PERHUTANI serta melengkapi perbekalan pendakian. Dalan pendakian dari Cemorosewu menuju puncak, kita akan menjumpai 4 buah pondok pada ketinggian berturut-turut, yaitu 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m, dan 2.800 m dan Pesanggrahan Argo Dalem pada ketinggian 3.100 mdpl.
Puncak G. Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit, serta masih banyak dijumpai sisa-sisa kawah yang telah lama tidak aktif. Dari puncaknya kita bias menyaksikan panorama yang sangat menawan juga lembah Tawangmangu dan sarangan dengan danaunya yang indah.
Dari Cemorosewu sampai ke puncak memakan waktu 7-8 jm, sedangkan turunya membutuhkan waktu 4 ajm. Mata air dapat kita jumpai sebelum pertigaan pesanggrahan Argo Dalem, 1-2 jam perjalanan dari pondok terakhir.( sumur jolo thundo)
Cemoro kandang
Adalah jalur yang bersebelahan dengan cemorosewu. Akan tetapi jalur ini sudah ber beda propinsi. Yairu jateng dan Jatim.
Jalur ini cukup landai akan tetapi lebih panjang dan memutar. Meski bertemunya hampir di puncak lawu. Air ada di pos 2 dan jarak tempuh antara 6 sampai 8 jam.

Ngawi/ Jogorogo
Dari ngawi bisa naik bis Ke kampung terakhir ( Jogorogo ) dan mulai pendakian menuju puncak dengan jarak tempuh 8 jam. Air ada di pos 2 dan.jalur ini tergolong landai akan tetapi panjang dan melewati beberapa bukit dan hutan cemara. Selain itu juga bisa melewati jalur candi sukuh yang berada di sebelah barat Ngawi yang cenderung terjal. Akan tetapi lebih cepat sampai puncak
Nb ; sebaiknya bekal air membawa dari bawah karena sumber air terbatas dan cenderung kering. Di puncak akan ditemui sumur yang berada di tanag yang luas seukuran lapangan sepak bola.


M e r a p i – J o g j a 2914 mdpl
Jalur Utara (SELO)
Yogyakarta – Magelang – Boyolali turun di Selo.
Biasanya para pendaki berangkat dari Selo sekitar pukul 2 atau 3 pagi yang memakan waktu selama 4-5 jam perjalanan. Di Selo, persediaan air harus dicukupi, karena dalam perjalanan menuju puncak sudah tidak ada mata air. Jalan setapak dari Selo terus menanjak dan akan ditemui Hutan Pinus, setelah perjalanan 2–3 jam kita akan sampai diperbatasan hutan dan daerah berpasir. Dari sini kita berjalan langsung ke Puncak garuda selama 1-2 jam. Turun dari Puncak Garuda sampai desa Selo memakan waktu 3-4 jam.
Jalur Selatan (Kaliurang / Bebeng)

Jogja – Dsn. Kinahrejo, Ds. Bebeng
Cari yang namanya Mbah Marijan. Beliau adalah Juru Kuncinya Merapi, untuk meminta ijin pendakian.
Dsn. Kinahrejo – Pos Bayangan : 15 Menit
Pos Bayangan – Pos I : 45 Menit
Pos I – Pos II ( Labuhan dalem ) : 30 Menit
Labuhan dalem ini merupakan semacam tempat berdoa. Atau tempat mengadakan upacara2 Jawa, yang menghubungkan Kesultanan Yogyakarta dan Penguasa Gunung Merapi. Minggu ini katanya ada upacara labuhan di sini.. Sayang gak sempet menyaksikan.
Pos II – Pos III : 1 Jam
Pos III – Pos IV : 45 Menit
Pos IV – Kendit : 15 Menit
Kendit ini merupakan batas vegetasi.
Kendit – Puncak Kawah : 1.5 – 2 Jam
NB : Jalur Selatan ini sangat sulit dan berbahaya, diperlukan perlatan memanjat untuk bisa ke atas. Jalurnya lebih banyak yg blank, tak ada jalur resmi jadi harus mencari sendiri dan disarankan untuk tidak melewati jalur tsb. Apalagi stlh terjadi erupsi pada tahun 2006


Merbabu 3142 mdpl
pendakian merbabu bisa dari berbagai sisi.
Dari Selatan, di desa Selo kita biasa menuju ke G. Merapi maupun G. Merbabu. Jalur yang lainnya yaitu arah utara; Kopeng, yang hanya menuju G. Merbabu.
Jalur Kopeng
Jogjakarta – Magelang – kopeng
Dari Kopeng kemudian perjalanan diteruskan menuju desa Tekelan. Di desa Tekelan ini hendaknya para pendaki melengkapi perbekalan yang dirasa masih kurang, dan air harus dipersiapkan untuk pendakian maupun kembalinya secara cukup, karena dalam perjalanan ini tidak ada mata air sama sekali.
Perjalanan akan melalui kebun sayur dan kebun akasia, naik terus sampai ke punggung gunung dan kita akan jumpai sebuah pondok yang telah rusak yang berada di ketinggian 2.4000 m dpl. Dari sini menuju puncak melalui lagi punggungan gunung dan dimana dapat terlihat pemandangan yang sangat indah dengan leluasa tanpa terhalang pepohonan. Di puncak yang pertama terdapat sebuah pondok untuk mengukur cuaca yang berada pada ketinggian 2.800 mdpl. Dari sini kita akan menuju puncak tertinggi yang sudah terlihat jelas didepan kita dengan membutuhkan waktu 1-2 jam perjalanan. Ditengah perjalanan ini kita akan menemui bekas kawah dan punggung gunung terjal dan curam. Total perjalanan dari Kopeng menuju puncak memakan waktu 8 jam dan turunya membutuhkan waktu 5 jam.
Apabila kita ingin mengadakan pendakian yang praktis atau pendakian marathon Merapi-Merbabu, kita bias mulai mendaki dari desa Selo Kabupaten Boyolali, Akan tetapi mendaki G. Merbabu dari desa Selo cukup terjal dan melelahkan. Lagi pula kita harus mendaki sebuah gunung lagi yang tingginya hampir sama dengan puncak G. Merbabu. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Total perjalanan ke puncak Merbabu 6-7 jam, dan turunnya 5 jam.
Jalur Wekas/ genikan
Pendakian yang lebih enak bisa melewati jalur Wekas dan Genikan. Sebelum sampai Kopeng kita berhenti di Wekas untuk menuju Pos Base Camp Jalur Wekas/ genikan
- pos 1 bisa ditempuh dan 2,5 jam perjalanan. Banyak jalur yang bisa di tempuh. Baik jalur selatan ( bibir jurang/ relatif landai langsung menuju pos 2 ) atau jalur tengah ( hutan pinus/ relatif terjal )
- Atau Genikan pos 1 ( yaitu pertigaan bertemunya dan jalur wekas lewat hutan pinus) dan langsung menuju pos 2
- Pos 2 ke pos 3 ( heli pad/ gerbang angin- ke arah kiri) = 1,5 jam dan jalur yang lumayan melelahkan. Atau ke arah kanan yang menuju kawah ( lumayan landai ) yang berada di bawah Pos 3
- Pos 3 ke pos 4 ( pertigaan puncak Syarif ) = 2 jam ( melewati gigir gunung yang cukup lebar dan angin menerpa lumayan kencang ) atau yang dari kawah tadi melewati arah kanan memutar dan langsung menuju puncak dari barat yang bertemu jalur Selo, atau ke kiri yang menuju puncak pos 4 dengan track terjalnya.
- Pos 4 ke puncak Syarif bisa ditempuh dengan waktu 45 menit
- Pos 4 ke puncak Kenteng 9 (songo) bisa di tempuh dengan waktu 2 jam dengan jalur track bervariasi antara landai dan terjal.
- Dari puncak inilah bisa di lihat gunung Merapi, Lawu, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Slamet, Muria, Perahu, dengan catatan cuaca cukup cerah

Nokilalaki 2355 mdpl
Gunung Nokilalaki mempunyai ketinggian 2.355 Mdlp, berada di kec. Palolo, Desa Tongoa, Kab. Donggala, yang berjarak lebih kurang 62 Km dari kota Palu. Flora yang terkenal yaitu Ekualiptus dan Rotan, sedangkan faunanya Anoa, Kupu-kupu, Monyet dan berbagai jenis burung.
Pencapain ke Gunung Nokilalaki :
Dari Terminal Panaikang naik bis menuju Palu
Dari terminal Masomba (Palu) naik mobil ke daerah Palolo, turun di kaki gunung trus lanjut pendakian menuju puncak.
Keadaan jalur tiap pos :
Jalur menuju pos 1 melalui hutan rapat dgn jln yg cukup licin karena lumut, sepanjang jln jg terdengar aliran air yg mengalir, perjalanan ke pos 1 memakan waktu sekitar 1 jam. Perjalanan ke pos 2 di lalui dengan menelusuri sungai kecil sampai sekitar 1500 meter, dari sini mulai menjauhi sungai dengan menerobos hutan berjalan melalui sela2 pohon dan rotan, kemudian tiba di pos 2 dalam waktu 4-5 jam. Di pos 2 terdapat basecamp.
Dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1 jam (Salter). Dari Pos 3 menuju puncak akan dijumpai sebuah danau yg bernama Danau Lindu dan sebelah kiri terdapat sebuah bukit. Selama kurang lebih 3-4 jam perjalanan akan kita gapai puncak Gunung Nokilalaki.
Waktu yang di habiskan dari Puncak ke kaki gunung sekitar 6 jam, dari kaki gunung berjalan kembali ke jln raya tempat untuk menunggu angkot kembali ke Palu. Seasaat inging mendaki dan setelah melakukan pendakian harus melapor pada pos penjaga kehutanan yg berada di kaki gunung.
Perjalanan dari kaki gunung langsung ke palu di tempuh sekitar 2 jam.
NB : Keadaan jalurnya tidak begitu jelas, trus adalagi dlm LPJ di lampirkan surat rekomdasi (mungkin perlu) dari Direktorat SosPol Pemerintah prod, DT I Sulsel dan Palu , surat keterangan jln dari Polda, rekomendasi dari Dep, Kehutanan.


R a u n g 3332 mdpl
Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari gunung pada umunya di Pulau Jawa. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang sekitar 500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. G. Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.
Dari Bondowoso – desa Sumber Wringin Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi, menuju Pondok Motor atau Pos pendaki dimana dapat menjumpai seorang juru kunci yang bernama P. Serani. Di Pondok Motor kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam.
Dari Pondok Motor ke G. Raung, kita akan melewati perkebunan kopi, hutan pinus, hutan cemara, terus sampai di dataran tempat dimana kita dapat berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju puncak G. Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju puncak G. Raung, hanya memerlukan waktu sekitar 2 jam saja. Sedangkan perjalanan turun, memakan waktu sekitar 7 jam.
Dalam perjalanan ke puncak G. Raung, tidak ada sumber air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau Sumber Lekan. Untuk mendaki G. Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin


GUNUNG RINJANI
Jalur Resmi Pendakian Ke Taman Nasional Gunung Rinjani
Ada beberapa jalur utama dan resmi yang sering dugunakan oleh pendaki ke Gunung Rinjani. Berikut jalur-jalur tersebut:
Jalur Sembalun
* Mataram – Sembalun (± 4-5 jam kendaraan umum)
* Sembalun Lawang – Puncak Gunung Rinjani ( ± 7 Jam Jalan Kaki)
* Sembalun Lawang – Danau Segara Anak (± 2-3 Jam Jalan Kaki )
Jalur Sembalun merupakan jalur yang ramai dilalui oleh pengunjung terutama oleh para penggemar treking. Rute yang dilalui adalah gerbang sembalun lawang – pelawangan sembalun-puncak rinjani memakan waktu 9 – 10 jam. Jalur ini sangat dramatis dan mengesankan trail wisata yang anda lalui merupakan padang savana dan punggung gunung yang berliku-liku dengan jurang disebelah kiri dan kanan jalur.
Dibandingkan jalur senaru, jalur pendakian ini tidak terlalu curam, namun karena didominasi oleh padang savana menjadikan perjalanan anda bermandikan peluh oleh teriknya matahari yang menyengat, namun semua itu akan sirna saat anda dibuat terpana oleh indahnya pemandangan padang dan hutan yang luas sepanjang lembah-lembah nan hijau disebelah timur Gunung Rinjani, bahkan mata anda akan dimanjakan oleh indahnya selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.
Setelah tiba di puncak Rinjani anda bisa beristirahat sejenak sembari menikmati panorama alam dan berbangga diri telah menginjakkan kaki disalah satu kaki langit di Indonesia serta menimbulkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan.
Jalur Senaru
* Mataram – Senaru (± 3-4 Jam Kendaraan Umum)
* Senaru – Danau Segara Anak (± 7-10 Jam Jalan Kaki)
* Danau Segara Anak – Pelawangan Sembalun (± 4 Jam Jalan Kaki)
* Pelawangan Sembalun – Puncak Rinjani (± 2-3 Jam Jalan Kaki)
Jalur pendakian Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai, hal ini disebabkan selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian oleh masyarakat adat yang akan melakukan ritual adat/keagamaan di puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) Senaru
Rute pendakian yaitu Senaru – Pelawangan Senaru – Danau Segara Anak dengan berjalan kaki memakan waktu ± 10 – 12 jam melalui trail wisata yang berada dalam hutan primer dan sepanjang jalan trail telah disediakan sarana peristirahatan pada setiap pos. Dari pintu gerbang Senaru sampai Danau Segara Anak terdapat tiga pos. Sepanjang jalan trail pengunjung dapat menikmati keindahan hutan belantara dan bebatuan yang menakjubkan.
Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) atas kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID (New Zealand Asistance International Development), Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalan ke Puncak Gunung Rnjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun yang membutuhkan waktu ± 4 Jam, dari pelawangan sembalun ke Pucak Rinjani membutuhkan waktu 4 – 5 Jam.
Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 02 dinihari, ini dimaksudkan agar pada pagi harinya dapat menikmati matahari terbit (Sunrise) dari Pucak Gunung Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan pulau Bali apabila cuaca cerah.
Jalur Torean
* Mataram – Torean (± 4-5 Jam Kendaraan Umum)
* Torean – Danau Segara Anak (± 8-9 Jam Jalan Kaki)
sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu (batas TNGR) yang merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan, perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 -45% jarak desa Torean dengan batas TNGR (Pos I) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10-30%.
Flora yang dapat dijumpai yakni: Bajur, Klokos Udang, Rotan Hutan, Bangsal, Lengsir, Jambu, Bunut, Blimbing Hutan, Juwet, Paku-pakuan, Ketimunan, Rajumas, Tapan Dawa. Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai yakni: beberapa jenis burung (perkici, Daweuh, Kecial, Srigunting).
Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean± 3,50 Km dengan kemiringan ± 30 -40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2 buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai (Kokok) Putih
Etika Dan Tata Tertib Pendakian di Gunung Rinjani
1. Pendaki/Pengunjung harus melapor/minta ijin pada Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani di Jalan Arya Bajar Getas Lingkar Selatan Kota Mataram atau Pada Pos Pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani terdekat dengan membawa/menunjukkan kartu identitas/KTP serta Surat Keterangan Sehat dari Dokter.
2. Bagi Pendaki/Pengunjung dengan tujuan penelitian, pendidikan dan rombongan harus membawa surat jalan dari organisasi/sekolah/instansi yang bersangkutan.
3. Pendaki disarankan membawa penunjuk jalan yang sudah berpengalaman
4. Pendaki/Pengunjung hendaknya membawa perlengkapan/perbekalan secukupnya serta membawa kembali sampah dan organik keluar kawasan Taman Nasional.
5. Pendaki/Pengunjung diperbolehkan mendaki pada bulan April s/d November dan disarankan tidak melakukan pendakian pada bulan Desember s/d Maret terkecuali ada izin khusus dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
6. Selama berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani diperhatikan beberapa hal antara lain:
* Dilarang mengambil tumbuhan/binatang/bahan/barang-barang lain dari dalam kawasan.
* Dilarang mencoret-coret/perusakan terhadap pohon/bangunan/batuan yang berada dalam kawasan.
* Mendirikan tenda pada tempat-tempat yang telah diditentukan
* Penggunaan api dibatasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencegah terjadinya kebakaran
* Sebelum meninggalkan Kawasan diwajibkan mengumpulkan sampah dan membawa pulang keluar Kawasan TNGR.
7. Setelah Selesai melakukan pendakian agar melapor kembali ke Pos pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani terdekat atau Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani
Mendaki Gunung Rinjani 3 Hari 2 Malam
Program 3 hari 2 Malam ini akan melalui jalur utara, Desa Senaru – Danau segara Anak

Desa Senaru adalah salah satu jalur utama untuk mendaki (Rinjani Trek Center 600 M)
Perjalanan dilanjutkan menuju Post 1 ( 900 M ). Perjalanan menuju Pos I di tempuh dalam waktu tercepat 1,5 jam, dengan kondisi rute mendaki dan melewati hutan lebat.
Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam menuju Post 2 (1.500 M) untuk istrirahat dan makan siang. Di sini terdapat mata air tempat seluruh tim melepas lelah dan beristirahat makan siang.
Setelah makan siang perjalanan di lanjutkan menuju ke Post 3 (2.000 M) dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dan masih melalui hutan belantara, setelah melewati post 3 maka anda akan melihat pemandangan yang sangat menakjubkan.
Melewati Pos 3, pendakian di lanjutkan ke pelawangan senaru (lawang=pintu masuk), (2641 M). Disini kita akan menginap 1 malam untuk melihat terbenamnya matahari dan terbitnya matahari keesokan paginya, di tempat ini anda akan menikmati indahnya pemandangan Gunung Baru dan Danau Segara Anak.
sumber air panas ber-belerang Setelah Makan pagi, untuk turun ke Danau Segara Anak. Perjalanan menurun menuju Danau di tempuh selama 2 jam. Di rute ini anda harus berhati-hati mengingat jalan yang terjal.
Aktivitas yang dapat anda lakukan di danau adalah mandi di air kelaq atau air belerang yang lumayan hangat dan asyik untuk berendam. Aktivitas lain yang bisa di lakukan adalah memancing ikan karper dan mujahir dan ikan emas.hari berikutnya kembali mendaki untuk kembali ke Pelawangan Senaru lalu dilanjutkan dengan perjalanan menuju ke Desa Senaru dan transport menunggu untuk membawa anda ke tujuan anda selanjutn


Salak 2211 mdpl
sebuah gunung berapi yang terdapat di Jawa Barat, mempunyai beberapa puncak,. Letak geografis puncak gunung ini ialah pada 6°43′ LS dan 106°44′ BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl. Gunung ini dapat didaki dari beberapa jalur diantaranya jalur yang umum sering dipakai adalah jalur dari Wana Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, dari Cangkuang ini ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak 1 dan jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Jalur yang penuh dengan nuansa mistik untuk berjiarah adalah jalur dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
JALUR CANGKUANG CIDAHU
Jakarta naik bus jurusan Sukabumi atau kereta api dari Bogor jurusan Sukabumi turun di Cicurug.
Dari Cicurug naik angkot jurusan Cidahu.
Dari Bumi perkemahan – Shelter I = 1 jam
Shelter I – Shelter II = 1 jam
Shelter II – Shelter III = 1 jam
Shelter III – Shelter IV = 1 jam
Shelter IV – Shelter V = 1 jam
Shelter V – Shelter VI = 1 jam
Shelter VI – Shelter VII = 1 jam
Shelter VII – Puncak = 30 menit
* MENUJU KAWAH RATU
Dari Shelter IV masih diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju Kawah Ratu. Kawah ini terdiri 3 kawah, Kawah Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu termasuk kawah aktif dan secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang.
JALUR GIRI JAYA ( CURUG PILUNG )
P puncak Gunung Salak dapat melalui Jalur Giri Jaya dengan waktu tempuh sekitar 5 – 8 jam perjalanan. Jalur ini tepatnya berada di Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju desa Giri Jaya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan Ojek dari Cicurug dengan ongkos sekitar Rp. 7.500,- Atau pendaki dapat berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan. Tidak ada kendaraan umum yang menuju Giri Jaya sehingga tempat ini tidak begitu dikenal.
* Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
* Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
* Pertapaan Eyang Santri
* Perkebunan Damar
* Hutan Tropis
* Makam Pangeran Santri
* Shelter VII
* Puncak Gn. Salak 1
JALUR GIRI JAYA ( CISAAT – CICURUG )
Jakarta – Sukabumi turun di Cicurug, kemudian disambung dengan menggunakan mobil angkot ke Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. yang hanya ada di pagi hari. Dapat juga di tempuh dengan menggunakan kendaraan ojeg yang ongkosnya berkisar Rp.10.000,- bila ingin berjalan kaki dapat memakan waktu sekitar 3,5 jam.
* Cicurug (Jakarta -Sukabumi)
* Cicurug – Cisaat
* Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu
* Gapura pintu masuk Gn. Salak
* Kebun dan Persawahan
* Hutan tropis
* Makam Pangeran Santri
* Shelter VII
* Puncak Salak I
SUMBER : merbabu.com


Semeru – Bromo
3676 mdpl & 2203 mdpl
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 wilayah Kabupaten, yaitu; Kab. Probolinggo, Kab. Pasuruan, dan Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun domestik, terutama kawasan Bromo.
Untuk menuju G. Bromo dari arah Pasuruan. Dari Surabaya – Probolinggo turun di Pasuruan – Tosari-Wonokitri. Disini kita meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
G. Pananjakan mrupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotik, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnya dan hamparan padang pasir mengelilinginya. Disini pemandangan matahari terhimpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latanya.
Bila dari arah Probolinggo – Sukapura terus ke Ngadisari. Dari Ngadisari – Cemoro Lawang 3 Km.
Suhu kawasan Bromo antara 5-14 derajat selsius. Dari padang pasir Bromo kita dapat naik ke G. batok, G. Kursi, maupun Gunung Pananjakan. Di kawasan H. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat menkjubkan.
Malang – Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan truk atau Jeep.
Ranupane menuju Ranu Kumbolo 2.400 m dpl berjarak 13 Km memakan waktu 3-4 jam.
Dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati (2.700 m) di tempuh 2-3 jam. Air dapat dicapai di Sumbermani, kearah barat menelusuri pinggiran hutan kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam.
Kalimati – Puncak ditempuh 3-4 jam.
Dari puncak turun kembali ke Kalimati membutuhkan waktu1-2 jam, dan 2-3 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo. Dari Ranu Kumbolo menuju Ranu Pane dibutuhkan waktu 3 jam.
Turun dari Ranupane kearah Tumpang kita dapat juga menuju kawasan G. Bomo, melalui pertigaan Jemplang (2 Km. Sebelum desa Ngadas) ke arah kanan.
Kita bisa turun melalui padang ilalang di Bantengan dan melanjutkan perjalanan melaui lautan pasir yang mengarah ke kiri sepanjang 8 Km untuk sampai kaki gunung Bromo dan Gunung Batok, atau melalui puncak bukit gugusan gunung Bromo dan cenderung terjal yang langsung menuju puncak Bromo.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kab. Proholinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun do¬mestik, terutama kawasan Bromo.
Untuk menuju G. Bromo dari arah Pasuruan: Dari Surabaya kita naik bus jurusan Probolinggo dan turun di Pasuruan. Selanjutnya naik Colt jurusan Tosari – Wonokitri. Di sini kita dapat bermalam di hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
G. Penanjakan merupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva. Disini pemandangan matahari terbitpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latarnya.
Bila dari arah Probolinggo, kita naik Colt atau bis jurusan Sukapura terus Ngadisari. Dari Ngadisari naik kendaraan/berjalan kaki menuju Cemoro Lawang sejauh 3 Km. Di Cemoro Lawang kita dapat bermalam di hotel maupun losmen atau di rumah-rumah penduduk. Besok pagi-pagi sekali kita dapat melanjutkan perjalanan ke kawah G. Bromo yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun naik kuda sewa, untuk menyaksikan panorama matahari terbit.
Masyarakat sekitar G. Bromo yaitu masyarakat Tengger mempunyai upacara tradisi tahunan yaitu upacara melempar sesaji pada tengah malam (tepat pkl. 24.00 WIB), yang disebut dengan upacara “Kasodo”. Upacana adat Tengger ini, biasanya sangat meriah dan sering dihadiri oleh pejabat-pejahat tinggi serta masyarakat Indonesia lainnya juga para turis asing yang jumlahnya mencapai puluhan ribu pengunjung.
Suhu di kawasan Bromo ini antara 5 – 14 C. Dan padang pasir Bromo kita dapat naik ke G. Batok, G. Kursi, maupun G. Pananjakan. Di kawasan G. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat menakjubkan.
Untuk menuju Gunung yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu G. Semeru ( 3.676 m)~ paling mudah dicapai adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep ongkosnya Rp. 6.000 sampai Rp. 10.000,- per onang (tahun 1999).
Desa Ranupane (2.100 m) adalah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu Pane mempunyai penduduk sekitar 60 orang yang merupakan perkampungan kecil, pekerjaan mereka pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu lagi yang namanya Ranu Regulo.
Perjalanan ke Puncak G. Semeru dimulai dan desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo pagi harinya pukul 7.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini airnya inelimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari celah-celah bukit.
Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati (2.700 m) melalui hutan cemara dimana kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 – 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo.
Sebenarnya kita dapat juga berkemah di Ancopodo 1 jam perjalanan dari Kalimati ke arah puncak G. Semeiru. tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering tenjadi tanah longsor di kawasan tersebut.
Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitar pukul 2 – 3 pagi dengan melalui hutan cemara 1 jam dan bukit pasir selama 2 – 3 jam untuk sampai di puncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak.
Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Suhu di puncak Mahameru dingin sekali yaitu 0-4 C yang kadang-kadang berkabut tebal disertai badai angin. Pada saat badai dianjurkan untuk menunda pendakian ke puncak.
Panorama dari Puncak Mahameru tak akan pernah terlupakan indahnya, dimana terlihat puncak-puncak gunung di Jawa Timur, pesisir dan pantai, serta matahani terbit di ufuk timur.
Mendaki G. Semeru sebaiknva dimusim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Pendaki juga dianjurkan untuk tidak mendaki pada musim hujan di bulan Januani dan Februari, dimana sering terjadi badai dan tanah longsor.
Dari puncak turun kembali ke kemah (Kalimati) dibutuhkan waktu 1 jam, dan 3 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang, atau kita bisa bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang.
Turun dari Ranupane ke arah Tumpang kita dapat juga menuju ke kawasan G. Bromo, melalui pertigaan Jempiang (2 Km sebelum desa Ngadas) ke arah kanan


Sindoro 3136 mdpl – Sumbing 3371 mdpl
Gunung Sindoro dan G. Sumbing serupa sekali, berapi dan berkerucut. Diperkirakan gunung-gunung itu berasal dari sumber dan masa yang sama. G. Sindoro dan G. Sumbing dipisahkan oleh sebuah jalan raya yang menghubungkan Kota Wonosobo dan Kota Magelang.
Menuju puncak G. SindoroDari Magelang – Wonosobo dan turun di jalan raya tertinggi di desa Kledung.
Di Kledug harus ke Kepala Desa untuk memperoleh informasi dan kita dapat bermalam di rumah kepala Desa Kledung ini.
Air harus dipersiapkan disini
Perjalanan ke puncak dimulai melalui kebun sayur (pos1 hingga pos 3, hati2 pos satu sering menyesatkan.) hutan pinus yang mulai hilang dan terus naik hingga ke pos 4 ( perbatasan dengan taman edelweis). Mendekati puncak, kita mengambil jalan memutar dari kiri ke kanan ke arah puncak. Di puncak kita bisa melihat sebuah kawah mati yang cukup dalam dan lebar. Lebih dari 4 X lapangan bola. Kita bisa turun kedalam kawah. Tapi ekstra hati2. cukup curam jalanya. Dari desa Kledung menuju ke puncak memakan waktu 8 jam dan turunnya kita membutuhkan waktu 5 jam.
Untuk menuju puncak G. Sumbing, kita turun dari bus di gapura desa Garung dimana jalan mulai menurun ke Kota Wonosobo.
Perjalanan melalui kebun sayur dan jalan menanjak seperti dalam saluran air. Kita kemudian melewai kebun akasia dan menjumpai padang rumput, dari sini kita dapat melihat puncak G. Sumbing. Perjalanan sampai ke punggung gunung, makin lama makin curam dan disini terdapat batu besar tempat berlindung dari hembusan angin yang keras. Dari tempat ini menuju ke puncak masih dibutuhkan waktu 1-2 jam lagi.
Puncak G. Sumbing berbentuk kaldera kecil yang bergaris tengah 800 m dengan kedalaman 50-100 m, dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi. Di kaldera G. Sumbing banyak kawah kecil dimana asap belerang keluar, yang merupakan pemandangan yang menarik.
Daru desa Butuh untuk menuju puncak memakan waktu 8 jam perjalanan sedangkan turunnya memakan waktu 5 jam. Air harus sudah dipersiapkan secukupnya di desa garung, untuk perjalanan menuju puncak dan kembalinya, karena dalam perjalanan tidak ada mata air lagi.


Slamet 3418 mdpl
Gunung Slamet merupakan gunugn nomor dua tertinggi di P. Jawa. Untuk menuju puncak G. Slamet ada 3 jalur; lewat sebelah barat, lewat Batu Raden dan lewat Bambangan, dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat jalur Bambangan.
Jalur Bambangan
Purwokerto ke arah Purbalingga dan dilanjutkan ke Bobotsari.
Dari Bobotsari menuju desa Penjangan dengan menggunakan truk atau mobil pick-up
Dari desa Penjangan – Bambangan
pos jaga ada disana.
Berjalan ke arah kanan, kita akan melewati kebun sayur dan hutan pinus, bila naik terus akan masuk ke dalam hutan tropika yang indah. Sebelum sampai di Samalantu, pada ketinggian 2.900 m, ada sebuah bangku untuk beristirahat dan juga terdapat sebuah pondok yang rusak, pada umumnya para pendaki beristirahat dan bermalam disini.
Bila naik terus 1-2 jam lagi, kita akan sampai si Sampiyan Jampang, inilah batas antara antara hutan terakhir dan dari sini pula kita dapat melihat matahari terbit. Dari Sampiyan Jampang perjalanan menuju puncak ditempuh dalam waktu 1-2 jam dengan melalui batu-batu lahar yang cukup sukar.
Setelah kita tiba di puncak, akan terlihat hamparan padang lahar yang sungguh luas dan menakjubkan, kita juga dapat menyaksikan pemandangan yang eksotis ke arah kawah yang masih aktif. Ledakan besar pada kawah ini terjadi pada tanggal 13 Juli 1988.
Pendakian dari Bambangan ke Samarantu memerlukan wktu 6 jam, dari Samarantu menuju puncak G.Slamet sekitar 2-3 jam lagi, dan untuk turunya diperlukan waktu 4-5 jam.
Jalur GUCI

Dari Tegal kita bisa langsung menuju arah obyek wisata pemandian air panas Guci yang berada di Kec. Bumijawa. Dari Guci kita langsung melakukan pendakian. Air semestinya membawa dari bawah sebanyak mungkin. Meski di atas ada sumber air tapi lebih banyak kering.
- Guci ke Pos 1 = 1,5 jam ( yang di lewati adalah ladang sampai pertigaan hutan pinus. Ambil jalur kiri masuk ke hutan )
- Pos 1 ke pos 2 = 1,5 jam ( kita melewati hutan pinus yang lumayan lebat )
- Pos 2 ke pos 3 = 2,5 jam ( hutan pinus cukup lebat dan jalan setapak seolah hilang karena tumbuhan perdu disampingnya culup tinggi sekitar 2 meter )
- Pos 3 ke pos 4 = 3 jam ( jalur yang di lewati lumayan panjang cenderung datar. Hutan hujan tropis.)
- Pos 4 ke pos 5 = 1 jam ( masuk kedalam jalur yang lumayan melelahkan meskipun jalurnya pendek)
- Pos 5 ke lautan pasir = 3 jam ( disinilah kita di uji ketahananya. Karena jalurnya lumayan menguras tenaga. Jalur pasir dan batu )
- Lautan pasir ke puncak = 2 jam ( kita melewati bibir kawah dan harus ekstra hati2, krn angin cukup kencang juga bau belerang.kemudian akan melewati lautan pasir yang cukup luas sepanjang 1 km dan sebelum ke puncak akan melewati jalur yang cukup terjal untuk di lewat

Gunung Wilis 2552 mdpl
adalah gunung non-aktif yang terletak Provinsi Jawa Timur, puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek.
Untuk mendaki ke Gunung Wilis dari arah timur, pendakian dapat dimulai melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo. Sementara itu dari arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Apabila ingin mencapai Gunung Wilis dari arah utara, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Nganjuk, sementara dari arah barat, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Ponorogo atau Kabupaten Madiun.

Gunung Cikuray 2.818 mdpl
adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.
Untuk mencapai Cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur.  diteruskan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, (Cikajang, Bayongbong atau Dayeuh Manggung). Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing.
Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak. Jika anda bukan warga Jabar, mendaki Cikurai mesti satu paket dengan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Keduanya menawarkan medan pendakian yang menarik.Karena letaknya paling tinggi di kabupaten Garut.
 

Orang Biasa, Biasa Banget Copyright © 2011 | Template created by Fajri Arjuna | Powered by Blogger